Awal mulanya Sega atau nasi Jamblang dibuat untuk para pekerja yang bekerja paksa di zaman Belanda yang pada masa itu sedang membangun jalan raya Daendels dari Anyer ke Panarukan yang melewati wilayah Kabupaten Cirebon, tepatnya di Desa Kasugengan. Nasi Jamblang di bungkus dengan daun jati, mengingat jika dibungkus menggunakan daun pisang kurang tahan lama sedangkan daun jati bisa tahan lama. Ini disebabkan karena daun jati itu sendiri memiliki pori-pori yang dapat membantu nasi tetap terjaga kualitasnya meskipun disimpan dalam waktu lama. Dan uniknya lagi, akan lebih nikmat dimakan secara tradisional dengan 'sendok jari' dan alas nasi beserta lauk pauknya tetap menggunakan daun jati.
Keberadaan Sega Jamblang sebagai makanan khas Cirebon, tentunya tidak bisa lepas dari sosok salah satu pedagangnya yang cukup tersohor, yaitu MANG DUL. NAsi Jamblang Mang Dul cukup dikenal leh masyarakat Cirebon, bukan hanya bagi masyarakat kebanyakan, tetapi juga menyentuh kalangan pejabat. Hampir semua Kepala Daerah, baik itu walikota atau Bupati Cirebon, pernah singgah di warung Sega Jamblang Mang Dul. Bahkan beberapa selebritis ibukota, jika singgah di Kota Cirebon, selalu menyempatkan mampir di warung nasi ini. Sentra makanan Sega Jamblang di Kota Cirebon saat ini terletak di wilayah Gunung Sari, sekitar Grage Mall. Warung ini tidak pernah tutup alias buka 24 jam. Walaupun menunya beraneka ragam, namun harga makanan ini relatif murah. Karena pada awalnya makanan tersebut diperuntukkan untuk pekerja buruh kasar di Pelabuhan dan kuli angkut di jalan Pekalipan.